Banyak
ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Indonesia sangat berpotensi menjadi bahasa
internasional. Bahkan, Collins (2005) telah menunjukkan betapa potensialnya
bahasa Indonesia (Melayu) menjadi bahasa dunia (internasional) dilihat dari
sejarahnya. Di samping itu, saat ini sudah banyak ahli atau komunitas sarjana
dari mancanegara yang mengkhususkan diri mempelajari bahasa Indonesia/Melayu
(lihat Collins 2005:xvii; lihat juga penyumbang tulisan dalam Moriyama dan
Manneke Budiman, 2010).
Selain itu, kepotensialan bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional dapat dilihat dari beberapa faktor yang mendukung dan atau yang
memengaruhinya. Secara garis besar, faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yakni yang berasal dari bahasa itu sendiri atau biasanya disebut
dengan istilah faktor intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar bahasa atau
biasa disebut dengan istilah faktor ekstrabahasa. Pengelompokan itu
sebenarnya tidak dapat dipisahkan secara tegas karena antara faktor intrabahasa
dan faktor ekstrabahasa kadang-kadang hadir bersama-sama. Pengelompokan itu
akan memudahkan cara pandang kita terhadap potensi bahasa Indonesia menuju
bahasa internasional.
Faktor
intrabahasa, antara lain, meliputi sistem bahasa. Sistem bahasa Indonesia dapat
dikatakan sudah mapan. Artinya, beberapa aspek yang terkait dengan bahasa
Indonesia sudah diatur dan sudah dibakukan. Bahasa Indonesia telah memiliki
sistem ejaan yang mapan, yakni dengan diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, yang terkenal dengan singkatannya EYD. Buku panduannya pun
sudah diterbitkan dengan judul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Dengan demikian, dari segi tata tulis bahasa Indonesia telah
memiliki aturan yang baku. Di samping itu, untuk mengantisipasi pengaruh bahasa
lain dan untuk pengembangan peristilahan bahasa Indonesia, juga telah
diterbitkan buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Penulisan
ejaan bahasa Indonesia tidak menggunakan salah satu huruf daerah yang ada di
Indonesia. Penulisannya menggunakan huruf Latin yang sudah digunakan secara
internasional. Hal itu memungkinkan bahasa Indonesia mudah dipelajari karena
lafal sesuai dengan lambang hurufnya. Bahasa Indonesia juga relative mudah
beradaptasi dengan istilah asing dengan melakukan [enyerapan, termasuk istilah
bahasa Inggris yang banyak diserap menajdai bahasa Indonesia.
Pembakuan
lainnya adalah pembakuan kaidah bahasa yang tertuang dalam buku Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia itu pun sudah
beberapa kali mengalami revisi, terakhir terbit Edisi Ketiga tahun 2003. Dari
buku itu siapa pun dapat dengan mudah mempelajari bahasa Indonesia, apalagi
tata bahasa kita tidak mengenal kala sehingga mudah dipelajari.
Terkait
dengan pembakuan suatu bahasa, kita tidak dapat terlepas dari keberadaan kamus.
Kamus inilah yang dipakai sebagai sarana untuk membakukan kosakata yang
digunakan dalam sebuah bahasa. Oleh karena itu, peran kamus sangatlah penting. Dengan
adanya kamus, kita dapat mengetahui bahwa suatu bahasa sudah dikodifikasi.
Adanya kamus dapat menunjukkan bahwa seberapa banyak kosakata bahasa tersebut
dapat digunakan untuk mengungkapkan ide, menjelaskan pengetahuan dan
mengekspresikan sikap oleh penuturnya. Kekayaan ide, pengetahuan, dan sikap
penuturnya tersebut dapat dilihat dari jumlah kosakata yang termuat dalam
kamusnya. Kosakata bahasa Indonesia hingga saat ini masih terus dikembangkan
dengan cara menyerap kosakata bahasa daerah dan bahasa asing. Sebagai contoh,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke-4 (2008), telah memuat lebih dari
90.000 lema. Sebagai perbandingan, dapat dilihat jumlah kosakata sebagai lema
yang termuat di dalam KBBI, yaitu edisi satu 62.100 (1988), edisi dua 68.000 (1991),
edisi ketiga 78.000 (2001), dan edisi keempat 90.000 (2008). Perubahan jumlah
kosakata dari edisi ke edisi menunjukkan bahwa kosakata bahasa Indonesia
mengalami perkembangan yang luar biasa. Hanya dalam waktu dua decade jumlah
kosakata bertambah sebanyak 27.900, belum lagi ditambah terbutnya kamus istilah
berbagai bidang ilmu, tesaurus, dan glosarium. Glosarium berbagai bidang ilmu
pun sudag diterbitkan, antara lain Glosarium Kedokteran, Glosarium Biologi,
Glosarium Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Matematika, Glosarium Pendidikan,
dan Glosarium Perikanan.
Dari apa
yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia mampu berperan
sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu sebagai wahana
komunikasi di dunia politik, bisnis, pariwisata, seni , budaya, dan sebagainya.
Dengan kata lain, bahasa Indonesia mampu berperan sebagai bahasa dan sarana
komunikasi di segala bidang. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa bahasa
Indonesia juga mampu sebagai sarana komunikasi di dunia intermasional.
Faktor
ekstrabahasa dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni faktor yang dapat
memengaruhi secara langsung dan faktor yang dapat memengaruhi secara tidak
langsung.
Faktor ekstrabahasa yang dapat memengaruhi secara langsung adalah jumlah
penutur bahasa Indoensia dan sikap penutur bahasa Indonesia. Indonesia dengan
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia merupakan modal yang sangat berarti
untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Memang, tidak
semua penduduk Indonesia dalam kehidupan sehari-harinya menggunakan bahasa
Indonesia secara aktif, tetapi hampir semua penduduk Indonesia mengerti bahasa
Indonesia.
Untuk dapat mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, tentu saja
perlu diciptakan sikap yang positif dari penutur bahasa Indonesia. Sikap yang
positif penutur terhadap bahasa Indonesia tersebut ditandai dengan kesenangan
orang Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Apabila penutur tersebut telah senang menggunakan bahasa Indonesia secara baik
dan benar, tentu saja mereka akan setia menggunakannya. Kesetiaan penutur
menggunakan bahasa Indonesia ini akan membangkitkan kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia. Itulah yang disebut sebagai penutur yang memiliki sikap positif
terhadap bahasa Indonesia.
Faktor ekstrabahasa yang
dapat mempengaruhi secara tidak langsung, antara lain adalah daya tarik
kekayaan alam dan budaya Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang sangat
melimpah merupakan daya tarik bagi pelaku ekonomi dari mancanegara untuk
berinvestasi di Indonesia. Dengan banyaknya pelaku ekonomi dari mancanegara
yang berinvestasi di Indonesia ini mau tidak mau akan berdampak pada banyak
orang asing yang masuk ke Indonesia. Hal itu dapat berdampak pula pada
banyaknya orang asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Saat ini sudah
banyak perguruan tinggi atau lembaga pendidikan (219 lembaga di 74 negara),
baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang menyelenggarakan BIPA (Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing) (Wahya 2010:174).
Keanekaragaman budaya Indonesia telah menjadi daya pikat yang luar biasa bagi
turis asing untuk datang dan menyaksikan berbagai budaya Indonesia. Apalagi
Indonesia yang kaya budaya ini ditunjang sikap penduduknya yang terkenal ramah,
luwes, dan mudah menerima budaya dari luar. Tidak kalah penting dari apa yang
dikemukakan di atas adalah kestabilan keamanan di Indonesia. Dengan keamanan
yang stabil saat ini, banyak wisatawan asing datang ke Indonesia tanpa rasa
takut.
Beberapa media massa elektronik,
khususnya radio yang disiarkan secara internasional, misalnya BBC, Radio
Australia, Suara Amerika (Voice of America = VoA), dan Radio Belanda,
secara rutin mempunyai siaran dalam bahasa Indonesia. Tidak kalah pentingnya
adalah kehadiran bahasa Indonesia di dunia internet. Sudah banyak laman yang
ada di internet menyajikan berbagai informasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Bahkan, sudah banyak laman luar negeri pun menyediakan layanan dalam
bahasa Indonesia. Tidak ketinggalan pula laman klub sepak bola ternama dunia
juga sudah ada yang menyediakan layanan bahasa Indonesia bagi penggemarnya.
Dengan demikian, saya yakin suatu saat nanti bahasa Indonesia dapat menjadi
bahasa internasional, semoga!
0 komentar:
Posting Komentar