3. Hasil dan
Pembahasan
Pada peristiwa pembelajaran pertama yaitu
membangkitkan perhatian dengan mengaplikasikan hasil refleksi siklus I dan II
ternyata telah berhasil menarik perhatian mahasiswa pada siklus III, yaitu pada
kategori kualitas “sangat tinggi” (10%), dan “tinggi” (85%). Hanya sebagian
kecil (0,5%) yang masuk dalam kualitas “rendah”. Jika dibandingkan dengan hasil
observasi pada siklus I dan siklus II, tampak ada kenaikan menjadi kualitas
lebih tinggi pada siklus III yaitu dari 85% pada siklus I menjadi 89% pada
siklus II dan 95% pada siklus III, atau naik 0,6%. Kemudian pada aspek
persiapan diri yang dimiliki mahasiswa 25% pada kualitas “baik sekali”, 60%
mahasiswa memiliki persiapan diri pada kualitas “baik”, tinggal 15% pada
kualitas ‘sedang”, dan tidak ada pada kualitas “kurang” sehingga pada siklus
III ini ada peningkatan dari 0,25% siklus I menjadi 40% pada siklus II dan
menjadi 85% pada siklus III atau meningkat sebesar 45% dari siklus II.
Peristiwa pembelajaran kedua adalah
memberitahukan tujuan pembelajaran. Hasil analisis pada siklus III menunjukkan
bahwa pemahaman mahasiswa terhadap tujuan pembelajaran dalam kualitas “baik
sekali” 23%, kualitas “baik” 65%, kualitas “sedang” 0,9% dan kualitas kurang
tinggal 0,3% sehingga dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I dan
siklus II, maka pada siklus III terjadi peningkatan pada kualitas lebih baik
dari 25% pada siklus I menjadi 45% pada siklus II dan 85% pada siklus III atau
meningkat 40% dibandingkan siklus II. Pada aspek pemahaman terhadap manfaat
dari materi yang akan dipelajari, 10% berada pada kualitas “baik sekali”, 75%
berada pada kualitas “baik”, kualitas sedang 1% dan kualitas “kurang” tinggal
0,3%. Dibandingkan dengan hasil pada siklus I dan siklus II, maka pada siklus
III terjadi kenaikan dari 15%, menjadi 35% pada siklus II dan meningkat lagi
menjadi 85% pada siklus III, atau meningkat sebesar 50% dibanding hasil siklus
II.
Pada peristiwa pembelajaran ketiga,
yaitu merangsang ingatan pada materi prasyarat hasil analisis pada siklus III
menunjukkan bahwa daya ingat yang dimiliki mahasiswa tentang bahan ajar minggu
yang lalu berada dalam kualitas “baik sekali” 25%, kualitas “baik 65%, kualitas
“sedang” 10%, dan tidak ada lagi dalam kualitas “kurang”. Jika dibandingkan
dengan hasil observasi pada siklus I dan II, nampak terdapat kenaikan pada
siklus III yaitu dari yang berkualitas
baik pada siklus I 15%, menjadi 55% pada siklus II dan 90% pada siklus
III, atau naik 35% dibanding hasil pada siklus II.
Pada peristiwa pembelajaran
keempat, yaitu menyajikan materi bahan ajar, hasil analisis menunjukkan bahwa
pada siklus III kesungguhan mahasiswa mengikuti sajian bahan ajar berada pada
kualitas “baik sekali” 22%, kualitas “baik” 78%, dan tidak ada lagi yang berada
pada kualitas “sedang” dan “kurang”. Dibandingkan dengan hasil observasi siklus
I dan II, nampak pada siklus III ada
peningkatan untuk kualitas > baik dari 72% siklus I menjadi 95% pada siklus
II dan 100% pada siklus III. Kemudian mengenai aktivitas mahasiswa selama
peristiwa pembelajaran, pada siklus III berada pada kualitas “baik sekali” 30%,
kualitas “baik” 60%, dan kualitas “sedang” 10%, dan tidak ada lagi yang masih
berada pada kualitas “kurang”. Inipun jika dibandingkan dengan hasil observasi
siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan kualitas lebih baik, yaitu dari 20%
pada siklus I, menjadi 60% pada siklus II dan menjadi 90% pada siklus III, atau
naik sebesar 30% dibandingkan hasil siklus II.
Pada peristiwa pembelajaran kelima,
yaitu memberi bimbingan belajar, hasil analisis menunjukkan bahwa pada siklus
III mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan ajar dalam kualitas
“sangat rendah” menjadi 25%, rendah 65% dan masih 10% yang mengalami kesulitan
belajar dalam kualitas “tinggi”. Jika dibandingkan dengan hasil observasi pada
siklus I, dan II, maka pada siklus III mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami bahan ajar dalam kualitas “tinggi” menurun dari 25% pada siklus I
menjadi 20% pada siklus II dan tinggal 10% pada siklus III, atau turun sebanyak
10% dibandingkan siklus II.
Pada peristiwa pembelajaran
ketujuh, yaitu memberikan umpan balik, hasil analisis pada siklus III
menunjukkan 20% mahasiswa memiliki tingkat kepuasan terhadap penguasaan bahan
ajar yang telah dipelajari dalam kategori “baik sekali”, kualitas “baik” 70%, kualitas
“sedang” 10%, dan dalam kategori “kurang” tidak ada lagi. Jika dibandingkan
dengan hasil observasi pada siklus I dan II, tampak bahwa pada siklus III
terjadi peningkatan kepuasan mahasiswa dari 15% pada siklus I menjadi 45% pada
siklus II dan meningkat lagi menjadi 90% pada siklus III, atau naik sebesar 45%
dibanding siklus II.
Pada peristiwa pembelajaran keenam
dan kedelapan, yaitu menampilkan dan menilai unjuk kerja, berdasarkan hasil
analisis data menunjukkan bahwa nilai rerata tugas latihan V = 69,9, tugas
latihan VI = 72,88 (bandingkan dengan siklus I: nilai rerata tugas latihan I =
61,79, latihan II = 64,91, siklus II: nilai rerata tugas latihan III = 65,58,
tugas latihan IV = 68,17) dan rerata nilai kuis 3 = 79,90 (bandingkan dengan
nilai kuis I = 68,68, kuis II = 70,29) sehingga nilai rerata hasil belajar pada
siklus III = 75,67 (bandingkan dengan hasil belajar siklus I = 66,15 dan siklus
II = 68,85), yang berarti bahwa rerata tingkat penguasaan kompetensi mahasiswa
pada siklus III sudah mencapai 75,67%. Jika dilihat dari nilai individual,
hasil belajar mahasiswa yang memperoleh nilai TL = 0 orang (0%), nilai C+ = 6
orang (11,54%), nilai B = 18 orang (34,61%) dan nilai B+ = 14 orang (26,92%),
serta nilai A = 14 orang (26,92%). Dengan kata lain apabila dihubungkan dengan
kriteria keberhasilan, 28 orang (53,84%) yang telah memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan.
Pada peristiwa pembelajaran yang
kesembilan, yaitu meningkatkan retensi, hasil analisis pada siklus III
menunjukkan bahwa peningkatan retensi atau alih belajar mahasiswa sebagian
besar (75%) berada pada kualitas “baik”, 20% dalam kualitas “sedang”, dan
sisanya masih (0,5%) dalam kualitas “kurang”. Namun jika dibandingkan dengan
hasil observasi pada siklus I dan II, pada aspek ini terjadi juga peningkatan
yaitu dari 15% pada siklus I menjadi 50% pada siklus II dan meningkat lagi
menjadi 75% pada siklus III, atau terjadi peningkatan sebesar 25% dibanding
hasil siklus II.
Secara keseluruhan, setelah
dilakukan penerapan model pembelajaran Gagne, peningkatan kualitas pembelajaran
yang dicapai mahasiswa terus meningkat dari siklus ke siklus. Pada siklus II
ditemukan bahwa kualitas proses pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan
kualitas proses pembelajaran pada siklus I, yakni 36,20% menjadi 59,40% pada
siklus II dan meningkat lagi menjadi 88,80% pada siklus III. Jika hasil
observasi ini dihubungkan dengan kriteria yang ditetapkan, maka nilai rerata
hasil observasi pada siklus III mencapai 88,8%, melebihi kriteria keberhasilan
75%. Berdasarkan hasil olah data kuesioner Motivasi Belajar, diperoleh skor
pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut: pada siklus I rerata skor
motivasi belajar mahasiswa baru mencapai 198,80, pada akhir siklus II meningkat
11,12% menjadi 220,90, dan pada akhir siklus III meningkat 29,42% menjadi
257,30. Pada hasil belajar, pada siklus I nilai rerata hasil belajar mahasiswa
hanya mencapai 66,15, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 68,85, dan
meningkat lagi pada siklus III menjadi 75,67.
Untuk mengetahui apakah peningkatan
hasil belajar di atas betul-betul dipengaruhi oleh penerapan model peristiwa
pembelajaran Gagne dengan ciri khas melaksanakan sembilan peristiwa
pembelajaran, mahasiswa diberikan kuesioner untuk menilai apa yang dilakukan
oleh dosen selama penelitian tindakan kelas dilakukan. Aspek yang dinilai oleh
mahasiswa meliputi sembilan peristiwa pembelajaran, yaitu stimulus yang
diberikan dosen, penjelasan tujuan dan manfaat pembelajaran, pemberian stimulus
ingatan, sajian bahan ajar dengan melibatkan aktivitas mahasiswa, pemberian
bimbingan belajar, pemberian umpan balik, penilaian unjuk kerja mahasiswa mulai
dari tes formatif, tugas latihan, dan kuis. Opsi yang diberikan terdiri dari
empat skala, yaitu selalu, sering, jarang, dan kurang, dimana analisis skor
penilaian menggunakan teknik persentase dari frekuensi skala yang dipilih
mahasiswa, dengan ketentuan semakin mendekati skala “selalu” berarti penerapan
model pembelajaran dilakukan dengan “baik sekali”. Sebaliknya semakin mendekati
skala “tidak pernah” berarti model pembelajaran dilakukan “kurang baik”.
Hasil penilaian mahasiswa tentang
pelaksanaan sembilan peristiwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen,
menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian mahasiswa, dosen telah menerapkan model
peristiwa pembelajaran Gagne dengan arah skala “baik”, dimana hasil perhitungan
persentase menunjukkan kualitas “selalu” = 41% dan kualitas “sering” = 40%,
yang apabila dijumlahkan menjadi 81%.
Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat dikemukakan bahwa setelah siklus III dilaksanakan melalui proses
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kognitif Gagne pada mata kuliah
Permodalan Koperasi, mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS
FKIP Universitas Jambi dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
mahasiswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil belajar mahasiswa yang tidak
optimal dipengaruhi oleh banyak faktor, Salah satunya adalah bersumber dari
faktor dosen yang kurang tepat dalam memilih model pembelajaran. Penggunaan
model pembelajaran kognitif Gagne dalam pembelajaran mata kuliah permodalan
koperasi ternyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Ini berarti
bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan hasil
belajar mahasiswa. Model pembelajaran kognitif dari Gagne yang tidak lain
adalah sembilan aktivitas-aktivitas belajar yang perlu diterapkan sebagai
fase-fase belajar ternyata jika diterapkan secara tepat azas seperti yang telah
dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat menghasilkan peningkatan
motivasi dan hasil belajar.
Motivasi belajar dapat mencapai kriteria tinggi setelah
pelaksanaan pembelajaran siklus III, yaitu 87% dan hasil belajar dapat dicapai
setelah pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan capaian nilai rerata hasil
belajar 75,67 yang berarti bahwa rerata tingkat penguasaan kompetensi mahasiswa
pada siklus III sudah mencapai 75,67%.
Ini membuktikan bahwa sembilan
peristiwa pembelajaran yang menjadi karakteristik model pembelajaran kognitif
Gagne mampu mencapai dua sasaran ganda, yaitu meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar mahasiswa. Kata kunci untuk memperoleh hasil belajar yang optimal
tersebut sesuai anjuran Gagne dibutuhkan tiga tahap kegiatan, yaitu (1)
persiapan belajar, (2) pelaksanaan belajar, dan (3) pengendalian belajar, yang ketiganya merupakan satu
kesatuan yang harus difasilitasi dengan baik oleh dosen.
Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran di kelas dosen harus senantiasa selalu memperhatikan kondisi
psikologis pelajar terutama yang berhubungan dengan persepsi, perhatian dan
motivasi. Perilaku pelajar yang tampak harus juga diperhatikan adalah
penyelesaian tugas pekerjaan rumah, latihan, hasil tes dan sebagainya. Motivasi
belajar yang tinggi memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil belajar
mahasiswa. Hasil penelitian Wiyono (2003) menemukan bahwa terdapat hubungan
yang positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.
Sumbangan efektif motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa sebesar
76,59% dan sumbangan relatif sebesar 6,22%.
Begitu pula penelitian Ratih (2005)
menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar
dengan hasil belajar (pada pelajaran bahasa Inggris), yang ditunjukkan dengan
koefisien korelasi 0,529 dan memberi sumbangan sebesar 27,98%. Penelitian
Thisted dan Remmers (dalam Sorenson, 1977), menunjukkan bahwa motivasi yang
tinggi akan meningkatkan retensi mahasiswa dalam belajar. Hal senada juga dalam
penelitian Ausubel, Schoopont dan Cukier (dalam Sorenson, 1977) menunjukkan
bahwa motivasi yang tinggi dalam belajar akan meningkatkan retensi terhadap
pelajaran tersebut.
Sebaliknya, penelitian Sopah (2000)
justru menemukan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan motivasi terhadap hasil belajar. Begitu pula Keller, Kelly dan Dodge
(1978) (dalam Mursid, 2004) berdasarkan beberapa kajian teoretik memang
menunjukkan bahwa variabel motivasi berprestasi cenderung tidak berkorelasi
dengan hasil belajar.
Namun demikian, penelitian ini
menemukan bahwa model pembelajaran kognitif Gane telah nyata dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah permodalan koperasi.
Walaupun temuan penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal setting kelas,
yaitu baru pada mata kuliah permodalan koperasi, namun model pembelajaran
kognitif Gagne direkomendasikan untuk diterapkan pada mata kuliah lain dengan
tetap memperhatikan urutan dari sembilan peristiwa pembelajaran.
Peristiwa pembelajaran yang
dimaksud diasumsikan sebagai cara-cara yang perlu diciptakan oleh dosen dengan
tujuan untuk mendukung proses-proses belajar (internal) di dalam diri
mahasiswa. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Munandir (1987) bahwa
konsepsi tentang siasat pengajaran itu pada hakekatnya berusaha menjelaskan
komponen dari suatu perangkat material pengajaran dan prosedur-prosedur yang
akan digunakan pada material tersebut, agar dapat menimbulkan hasil belajar
tertentu bagi mahasiswa.
4. Simpulan
Penerapan model pembelajaran kognitif
Gagne dalam mata kuliah permodalan koperasi secara nyata dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar mahasiswa. Hal tersebut memiliki makna bahwa jika
model pembelajaran kognitif Gagne diterapkan taat azas, maka motivasi belajar
dan hasil belajar yang dicapai mahasiswa akan meningkat. Temuan ini akan
berdampak pada peningkatan indeks prestasi mahasiswa dan peningkatan kualitas
pembelajaran. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu hanya dirancang untuk
mata kuliah permodalan koperasi, dengan siklus tindakan yang juga terbatas,
oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut pada mata kuliah dan latar
(setting) yang berbeda. Di samping itu disarankan agar guru/dosen dapat
mengaplikasikan model pembelajaran kognitif Gagne, yaitu menerapkan 9 fase
pembelajaran jika bermaksud meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
siswa/mahasiswa. Implikasinya bahwa dalam proses pembelajaran di kelas,
guru/dosen harus selalu memperhatikan kondisi psikolgis siswa/mahasiswa
terutama yang berhubungan dengan persepsi, perhatian dan motivasi, serta
memperhatikan perilaku yang tampak seperti tampilan unjuk kerja setelah mereka
menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, latihan, dan hasil tes.
Daftar Acuan
Ekawarna. (2002). Upaya meningkatkan hasil belajar dengan
menerapkan model pembelajaran kognitif Robert Gagne pada mata kuliah teori
ekonomi makro-1, Jurnal Penelitian Universitas Jambi, Seri D: Bidang Humaniora,
4, 1-21.
Irawan, P. (2003). Applied approach:Evaluasi proses belajar
mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Gagne, R.M. (1977). The conditions of learning. New York:
Holt Renehart and Wilson.
Gagne, R.M., Driscoll, L.J., & Wager, W.W. (1988).
Principles of instructional design. New York: Holt Renehart and Wilson.
Merriam, S.B. &
Simpson, E.L. (1984). A guide to research for education and trainers for adult.
Florida: Robert E. Krieger Publishing.
Munandir (1987).
Rancangan sistem pembelajaran. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Mursid, R. (2004).
Pengaruh strategi penstrukturan isi teks ajar dan motivasi berprestasi terhadap
perolehan belajar dan retensi mahasiswa pada mata kuliah gambar teknik. Jurnal
Penelitian Bidang Pendidikan, 10, 95-103.
Pannen, P. & Purwanto. (2001). Applied approach: Pedoman
penulisan bahan ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Ratih, K. (2005).
Motivasi dalam usaha meningkatkan keterampilan wicara bahasa Inggris mahasiswa
jurusan non bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta 2001/2002. Jurnal
Penelitian Humaniora, 6, 40-53.
Sorenson, H. (1977).
Psychology in education. Bombay. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Co. Ltd.
Sunarti, Itang A.M., & Zurhalena. (2002). Aplikasi teori
motivasi dalam peristiwa instruksional Gagne untuk meningkatkan mutu hasil
belajar mahasiswa pada mata kuliah dasar ilmu tanah. Laporan Penelitian,
Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
Sopah, D. (2000).
Pengaruh model pembelajaran dan motivasi beprestasi terhadap hasil belajar.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 5/022, 121-137.
Wiyono, B.B. (2003).
Hubungan lingkungan belajar, kebiasaan belajar, dan motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa. Forum
Penelitian, Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, 15/1, 28-36.
0 komentar:
Posting Komentar