Kamis, 03 Januari 2013

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH PERMODALAN KOPERASI MELALUI APLIKASI MODEL KOGNITIF GAGNE



3. Hasil dan Pembahasan
 Pada peristiwa pembelajaran pertama yaitu membangkitkan perhatian dengan mengaplikasikan hasil refleksi siklus I dan II ternyata telah berhasil menarik perhatian mahasiswa pada siklus III, yaitu pada kategori kualitas “sangat tinggi” (10%), dan “tinggi” (85%). Hanya sebagian kecil (0,5%) yang masuk dalam kualitas “rendah”. Jika dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, tampak ada kenaikan menjadi kualitas lebih tinggi pada siklus III yaitu dari 85% pada siklus I menjadi 89% pada siklus II dan 95% pada siklus III, atau naik 0,6%. Kemudian pada aspek persiapan diri yang dimiliki mahasiswa 25% pada kualitas “baik sekali”, 60% mahasiswa memiliki persiapan diri pada kualitas “baik”, tinggal 15% pada kualitas ‘sedang”, dan tidak ada pada kualitas “kurang” sehingga pada siklus III ini ada peningkatan dari 0,25% siklus I menjadi 40% pada siklus II dan menjadi 85% pada siklus III atau meningkat sebesar 45% dari siklus II.

Peristiwa pembelajaran kedua adalah memberitahukan tujuan pembelajaran. Hasil analisis pada siklus III menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap tujuan pembelajaran dalam kualitas “baik sekali” 23%, kualitas “baik” 65%, kualitas “sedang” 0,9% dan kualitas kurang tinggal 0,3% sehingga dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, maka pada siklus III terjadi peningkatan pada kualitas lebih baik dari 25% pada siklus I menjadi 45% pada siklus II dan 85% pada siklus III atau meningkat 40% dibandingkan siklus II. Pada aspek pemahaman terhadap manfaat dari materi yang akan dipelajari, 10% berada pada kualitas “baik sekali”, 75% berada pada kualitas “baik”, kualitas sedang 1% dan kualitas “kurang” tinggal 0,3%. Dibandingkan dengan hasil pada siklus I dan siklus II, maka pada siklus III terjadi kenaikan dari 15%, menjadi 35% pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 85% pada siklus III, atau meningkat sebesar 50% dibanding hasil siklus II.
Pada peristiwa pembelajaran ketiga, yaitu merangsang ingatan pada materi prasyarat hasil analisis pada siklus III menunjukkan bahwa daya ingat yang dimiliki mahasiswa tentang bahan ajar minggu yang lalu berada dalam kualitas “baik sekali” 25%, kualitas “baik 65%, kualitas “sedang” 10%, dan tidak ada lagi dalam kualitas “kurang”. Jika dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I dan II, nampak terdapat kenaikan pada siklus III yaitu dari yang berkualitas  baik pada siklus I 15%, menjadi 55% pada siklus II dan 90% pada siklus III, atau naik 35% dibanding hasil pada siklus II.
Pada peristiwa pembelajaran keempat, yaitu menyajikan materi bahan ajar, hasil analisis menunjukkan bahwa pada siklus III kesungguhan mahasiswa mengikuti sajian bahan ajar berada pada kualitas “baik sekali” 22%, kualitas “baik” 78%, dan tidak ada lagi yang berada pada kualitas “sedang” dan “kurang”. Dibandingkan dengan hasil observasi siklus I dan II,  nampak pada siklus III ada peningkatan untuk kualitas > baik dari 72% siklus I menjadi 95% pada siklus II dan 100% pada siklus III. Kemudian mengenai aktivitas mahasiswa selama peristiwa pembelajaran, pada siklus III berada pada kualitas “baik sekali” 30%, kualitas “baik” 60%, dan kualitas “sedang” 10%, dan tidak ada lagi yang masih berada pada kualitas “kurang”. Inipun jika dibandingkan dengan hasil observasi siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan kualitas lebih baik, yaitu dari 20% pada siklus I, menjadi 60% pada siklus II dan menjadi 90% pada siklus III, atau naik sebesar 30% dibandingkan hasil siklus II.

Pada peristiwa pembelajaran kelima, yaitu memberi bimbingan belajar, hasil analisis menunjukkan bahwa pada siklus III mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan ajar dalam kualitas “sangat rendah” menjadi 25%, rendah 65% dan masih 10% yang mengalami kesulitan belajar dalam kualitas “tinggi”. Jika dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I, dan II, maka pada siklus III mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan ajar dalam kualitas “tinggi” menurun dari 25% pada siklus I menjadi 20% pada siklus II dan tinggal 10% pada siklus III, atau turun sebanyak 10% dibandingkan siklus II.

Pada peristiwa pembelajaran ketujuh, yaitu memberikan umpan balik, hasil analisis pada siklus III menunjukkan 20% mahasiswa memiliki tingkat kepuasan terhadap penguasaan bahan ajar yang telah dipelajari dalam kategori “baik sekali”, kualitas “baik” 70%, kualitas “sedang” 10%, dan dalam kategori “kurang” tidak ada lagi. Jika dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I dan II, tampak bahwa pada siklus III terjadi peningkatan kepuasan mahasiswa dari 15% pada siklus I menjadi 45% pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 90% pada siklus III, atau naik sebesar 45% dibanding siklus II. 

Pada peristiwa pembelajaran keenam dan kedelapan, yaitu menampilkan dan menilai unjuk kerja, berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rerata tugas latihan V = 69,9, tugas latihan VI = 72,88 (bandingkan dengan siklus I: nilai rerata tugas latihan I = 61,79, latihan II = 64,91, siklus II: nilai rerata tugas latihan III = 65,58, tugas latihan IV = 68,17) dan rerata nilai kuis 3 = 79,90 (bandingkan dengan nilai kuis I = 68,68, kuis II = 70,29) sehingga nilai rerata hasil belajar pada siklus III = 75,67 (bandingkan dengan hasil belajar siklus I = 66,15 dan siklus II = 68,85), yang berarti bahwa rerata tingkat penguasaan kompetensi mahasiswa pada siklus III sudah mencapai 75,67%. Jika dilihat dari nilai individual, hasil belajar mahasiswa yang memperoleh nilai TL = 0 orang (0%), nilai C+ = 6 orang (11,54%), nilai B = 18 orang (34,61%) dan nilai B+ = 14 orang (26,92%), serta nilai A = 14 orang (26,92%). Dengan kata lain apabila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan, 28 orang (53,84%) yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. 

Pada peristiwa pembelajaran yang kesembilan, yaitu meningkatkan retensi, hasil analisis pada siklus III menunjukkan bahwa peningkatan retensi atau alih belajar mahasiswa sebagian besar (75%) berada pada kualitas “baik”, 20% dalam kualitas “sedang”, dan sisanya masih (0,5%) dalam kualitas “kurang”. Namun jika dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I dan II, pada aspek ini terjadi juga peningkatan yaitu dari 15% pada siklus I menjadi 50% pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 75% pada siklus III, atau terjadi peningkatan sebesar 25% dibanding hasil siklus II.

Secara keseluruhan, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran Gagne, peningkatan kualitas pembelajaran yang dicapai mahasiswa terus meningkat dari siklus ke siklus. Pada siklus II ditemukan bahwa kualitas proses pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan kualitas proses pembelajaran pada siklus I, yakni 36,20% menjadi 59,40% pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 88,80% pada siklus III. Jika hasil observasi ini dihubungkan dengan kriteria yang ditetapkan, maka nilai rerata hasil observasi pada siklus III mencapai 88,8%, melebihi kriteria keberhasilan 75%. Berdasarkan hasil olah data kuesioner Motivasi Belajar, diperoleh skor pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut: pada siklus I rerata skor motivasi belajar mahasiswa baru mencapai 198,80, pada akhir siklus II meningkat 11,12% menjadi 220,90, dan pada akhir siklus III meningkat 29,42% menjadi 257,30. Pada hasil belajar, pada siklus I nilai rerata hasil belajar mahasiswa hanya mencapai 66,15, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 68,85, dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 75,67.

Untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar di atas betul-betul dipengaruhi oleh penerapan model peristiwa pembelajaran Gagne dengan ciri khas melaksanakan sembilan peristiwa pembelajaran, mahasiswa diberikan kuesioner untuk menilai apa yang dilakukan oleh dosen selama penelitian tindakan kelas dilakukan. Aspek yang dinilai oleh mahasiswa meliputi sembilan peristiwa pembelajaran, yaitu stimulus yang diberikan dosen, penjelasan tujuan dan manfaat pembelajaran, pemberian stimulus ingatan, sajian bahan ajar dengan melibatkan aktivitas mahasiswa, pemberian bimbingan belajar, pemberian umpan balik, penilaian unjuk kerja mahasiswa mulai dari tes formatif, tugas latihan, dan kuis. Opsi yang diberikan terdiri dari empat skala, yaitu selalu, sering, jarang, dan kurang, dimana analisis skor penilaian menggunakan teknik persentase dari frekuensi skala yang dipilih mahasiswa, dengan ketentuan semakin mendekati skala “selalu” berarti penerapan model pembelajaran dilakukan dengan “baik sekali”. Sebaliknya semakin mendekati skala “tidak pernah” berarti model pembelajaran dilakukan “kurang baik”. 
Hasil penilaian mahasiswa tentang pelaksanaan sembilan peristiwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen, menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian mahasiswa, dosen telah menerapkan model peristiwa pembelajaran Gagne dengan arah skala “baik”, dimana hasil perhitungan persentase menunjukkan kualitas “selalu” = 41% dan kualitas “sering” = 40%, yang apabila dijumlahkan menjadi 81%.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan bahwa setelah siklus III dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kognitif Gagne pada mata kuliah Permodalan Koperasi, mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar mahasiswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 

Hasil belajar mahasiswa yang tidak optimal dipengaruhi oleh banyak faktor, Salah satunya adalah bersumber dari faktor dosen yang kurang tepat dalam memilih model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran kognitif Gagne dalam pembelajaran mata kuliah permodalan koperasi ternyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Ini berarti bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar mahasiswa. Model pembelajaran kognitif dari Gagne yang tidak lain adalah sembilan aktivitas-aktivitas belajar yang perlu diterapkan sebagai fase-fase belajar ternyata jika diterapkan secara tepat azas seperti yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat menghasilkan peningkatan motivasi dan hasil belajar. 
Motivasi belajar dapat mencapai kriteria tinggi setelah pelaksanaan pembelajaran siklus III, yaitu 87% dan hasil belajar dapat dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan capaian nilai rerata hasil belajar 75,67 yang berarti bahwa rerata tingkat penguasaan kompetensi mahasiswa pada siklus III sudah mencapai 75,67%. 

Ini membuktikan bahwa sembilan peristiwa pembelajaran yang menjadi karakteristik model pembelajaran kognitif Gagne mampu mencapai dua sasaran ganda, yaitu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar mahasiswa. Kata kunci untuk memperoleh hasil belajar yang optimal tersebut sesuai anjuran Gagne dibutuhkan tiga tahap kegiatan, yaitu (1) persiapan belajar, (2) pelaksanaan belajar, dan (3) pengendalian  belajar, yang ketiganya merupakan satu kesatuan yang harus difasilitasi dengan baik oleh dosen. 

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di kelas dosen harus senantiasa selalu memperhatikan kondisi psikologis pelajar terutama yang berhubungan dengan persepsi, perhatian dan motivasi. Perilaku pelajar yang tampak harus juga diperhatikan adalah penyelesaian tugas pekerjaan rumah, latihan, hasil tes dan sebagainya. Motivasi belajar yang tinggi memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil belajar mahasiswa. Hasil penelitian Wiyono (2003) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Sumbangan efektif motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa sebesar 76,59% dan sumbangan relatif sebesar 6,22%. 

Begitu pula penelitian Ratih (2005) menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar (pada pelajaran bahasa Inggris), yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi 0,529 dan memberi sumbangan sebesar 27,98%. Penelitian Thisted dan Remmers (dalam Sorenson, 1977), menunjukkan bahwa motivasi yang tinggi akan meningkatkan retensi mahasiswa dalam belajar. Hal senada juga dalam penelitian Ausubel, Schoopont dan Cukier (dalam Sorenson, 1977) menunjukkan bahwa motivasi yang tinggi dalam belajar akan meningkatkan retensi terhadap pelajaran tersebut.

Sebaliknya, penelitian Sopah (2000) justru menemukan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi terhadap hasil belajar. Begitu pula Keller, Kelly dan Dodge (1978) (dalam Mursid, 2004) berdasarkan beberapa kajian teoretik memang menunjukkan bahwa variabel motivasi berprestasi cenderung tidak berkorelasi dengan hasil belajar. 

Namun demikian, penelitian ini menemukan bahwa model pembelajaran kognitif Gane telah nyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah permodalan koperasi. Walaupun temuan penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal setting kelas, yaitu baru pada mata kuliah permodalan koperasi, namun model pembelajaran kognitif Gagne direkomendasikan untuk diterapkan pada mata kuliah lain dengan tetap memperhatikan urutan dari sembilan peristiwa pembelajaran.

Peristiwa pembelajaran yang dimaksud diasumsikan sebagai cara-cara yang perlu diciptakan oleh dosen dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar (internal) di dalam diri mahasiswa. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Munandir (1987) bahwa konsepsi tentang siasat pengajaran itu pada hakekatnya berusaha menjelaskan komponen dari suatu perangkat material pengajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan pada material tersebut, agar dapat menimbulkan hasil belajar tertentu bagi mahasiswa. 

4. Simpulan
                Penerapan model pembelajaran kognitif Gagne dalam mata kuliah permodalan koperasi secara nyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa. Hal tersebut memiliki makna bahwa jika model pembelajaran kognitif Gagne diterapkan taat azas, maka motivasi belajar dan hasil belajar yang dicapai mahasiswa akan meningkat. Temuan ini akan berdampak pada peningkatan indeks prestasi mahasiswa dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu hanya dirancang untuk mata kuliah permodalan koperasi, dengan siklus tindakan yang juga terbatas, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut pada mata kuliah dan latar (setting) yang berbeda. Di samping itu disarankan agar guru/dosen dapat mengaplikasikan model pembelajaran kognitif Gagne, yaitu menerapkan 9 fase pembelajaran jika bermaksud meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa/mahasiswa. Implikasinya bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, guru/dosen harus selalu memperhatikan kondisi psikolgis siswa/mahasiswa terutama yang berhubungan dengan persepsi, perhatian dan motivasi, serta memperhatikan perilaku yang tampak seperti tampilan unjuk kerja setelah mereka menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, latihan, dan hasil tes.


Daftar Acuan

Ekawarna. (2002). Upaya meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kognitif Robert Gagne pada mata kuliah teori ekonomi makro-1, Jurnal Penelitian Universitas Jambi, Seri D: Bidang Humaniora, 4, 1-21. 

Irawan, P. (2003). Applied approach:Evaluasi proses belajar mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. 

Gagne, R.M. (1977). The conditions of learning. New York: Holt Renehart and Wilson. 

Gagne, R.M., Driscoll, L.J., & Wager, W.W. (1988). Principles of instructional design. New York: Holt Renehart and Wilson. 

 Merriam, S.B. & Simpson, E.L. (1984). A guide to research for education and trainers for adult. Florida: Robert E. Krieger Publishing. 

 Munandir (1987). Rancangan sistem pembelajaran. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. 

 Mursid, R. (2004). Pengaruh strategi penstrukturan isi teks ajar dan motivasi berprestasi terhadap perolehan belajar dan retensi mahasiswa pada mata kuliah gambar teknik. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 10, 95-103.

Pannen, P. & Purwanto. (2001). Applied approach: Pedoman penulisan bahan ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. 

 Ratih, K. (2005). Motivasi dalam usaha meningkatkan keterampilan wicara bahasa Inggris mahasiswa jurusan non bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta 2001/2002. Jurnal Penelitian Humaniora, 6, 40-53. 

 Sorenson, H. (1977). Psychology in education. Bombay. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Co. Ltd.

Sunarti, Itang A.M., & Zurhalena. (2002). Aplikasi teori motivasi dalam peristiwa instruksional Gagne untuk meningkatkan mutu hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah dasar ilmu tanah. Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. 

 Sopah, D. (2000). Pengaruh model pembelajaran dan motivasi beprestasi terhadap hasil belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 5/022, 121-137. 

 Wiyono, B.B. (2003). Hubungan lingkungan belajar, kebiasaan belajar, dan motivasi belajar dengan prestasi  belajar siswa. Forum Penelitian, Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, 15/1, 28-36.

0 komentar:

Posting Komentar