Kamis, 03 Januari 2013

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH PERMODALAN KOPERASI MELALUI APLIKASI MODEL KOGNITIF GAGNE



2. Metode Penelitian
 Menurut Gagne (1977) serta Gagne, Driscoll dan Wager (1988) ada sembilan tahap pengolahan (proses) kognitif  yang terjadi dalam belajar yang kemudian disebut “fase- fase belajar”. Hubungan antara fase-fase belajar dan  peristiwa pembelajaran disajikan pada Gambar 1. Fase-fase belajar tersebut diaplikasikan langsung secara empiris melalui penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu berupaya menggambarkan keadaan lapangan sebagaimana adanya  dengan menganalisis data lapangan. Bentuk  penelitiannya menggunakan cara penelitian tindakan  kelas(classroom action research ). Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk kelas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Permodalan Koperasi pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi, yang diselenggarakan pada semester genap tahun akademik 2005/2006. Partisipan penelitian adalah mahasiswa peserta kuliah Permodalan Koperasi dengan status “baru mengontrak” atau tidak termasuk peserta dengan status “perbaikan nilai” atau “mengulang”. Partisipan penelitian berjumlah 40 orang.
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan. Tahap awal selama 4 (empat) bulan merupakan tahap persiapan  yang  diisi  dengan  kegiatan  rapat-rapat  tim 
Robert Gagne
. Menurut Gagne (1977), untuk meningkatkan kualitas belajar sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu menyelaraskan fase belajar yang dialami pebelajar dengan peristiwa pembelajaran yang perlu  dikondisikan oleh pengajar, sehingga setiap fase belajar dapat menghasilkan suatu aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri si belajar.

Hasil penelitian Sunarti dkk. (2002) menyimpulkan bahwa penggabungan teori motivasi dengan peristiwa-peristiwa instruksional Gagne belum dapat meningkatkan mutu hasil belajar mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Dasar Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun akademik 2001/2002. Setiap program studi (kelas) menunjukkan mutu hasil belajar yang juga bervariasi. Namun hasil penelitian Ekawarna (2002) menyimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kognitif Gagne pada mata kuliah Teori Ekonomi Makro–I mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi tahun akademik 2002/2003 dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dua hasil penelitian yang berbeda ini menarik perhatian peneliti untuk mencoba kembali melihat keajegan model pembelajaran Gagne untuk diaplikasikan pada mata kuliah Permodalan Koperasi.

Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan hasil belajar mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi pada mata kuliah Permodalan Koperasi hingga memperoleh nilai rerata minimal “B+” sebagai efek pembelajaran (instructional effects) yang diciptakan dosen dan (2) meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sebagai efek sertaan (nurturant effects).
Jika tujuan dapat dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat yang berarti bagi (1) dosen, yaitu untuk dapat menambah wawasan dan pengalaman serta memperkaya alternatif pilihan sehingga dapat memilih atau mengkombinasikan dengan model lain untuk kepentingan peningkatan kualitas proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal pada mata kuliah yang diasuhnya, (2) mahasiswa yang menjadi mitra. Sebagai calon guru, mahasiswa memiliki pengalaman penelitian dan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini serta mengujicobakan dengan setting kelas yang lain baik pada saat belajar terbimbing di micro teaching maupun dalam praktek kependidikan secara mandiri di sekolah. Di samping itu, jika hasil belajar mereka meningkat tentu akan memberikan kontribusi terhadap   peningkatan   indeks   prestasi   kumulatifnya, (3) guru, dimana hasil penelitian tindakan ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian tindakan kelas di sekolahnya, sehingga hasil belajar siswa yang diasuhnya dapat mencapai hasil yang optimal, dan (4) peneliti, mengumpulkan data sekunder dan menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari (1) silabus mata kuliah permodalan koperasi, (2) hand out (materi bahan ajar) untuk 9 kali pertemuan, (3) lembar observasi untuk mahasiswa dan dosen, (4) lembar biodata mahasiswa, (5) kuis I, II, dan III, (6) soal ujian tengah semester, dan (7) kuesioner untuk mengukur motivasi. Tahap berikutnya merupakan tahap pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan setiap siklus dimulai dengan tahap perencanaan, implementasi tindakan (3 kali pertemuan/ tindakan), tahap observasi (lembar observasi, kuesioner) dan evaluasi (kuis), tahap analisis dan refleksi, dan diakhiri dengan revisi untuk rencana dan pelaksanaan siklus berikutnya. Di akhir kegiatan siklus, evaluasi menyeluruh terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan dengan memberikan tes berupa Ujian Tengah Semester.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini didesain untuk 3 (tiga) siklus, dimana tiap-tiap siklus dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali tatap muka. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi:
1)      Tahap Perencanaan. Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-pesiapan  yang terdiri dari:
a. Menyusun satuan acara perkuliahan (SAP).
b. Menyusun bahan ajar. Bahan ajar yang disusun mengacu pada Pannen dan Purwanto(2001),
Buku 2.08 Applied Approach: Pedoman Penulisan Bahan Ajar yang diterbitkan Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2001. Banyaknya bahan ajar yang telah disusun adalah untuk 9 (sembilan) kali pertemuan.
c. Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model sembilan peristiwa pembelajaran.
d. Menyusun alat evaluasi berupa naskah kuis untuk mengetahui respon dan hasil unjuk kerja atau hasil belajar mahasiswa. Sebagai acuan dalam penyusunan naskah kuis adalah Irawan (2003), Buku 2.10 Applied Approach: Evaluasi Proses Belajar Mengajar yang diterbitkan Ditjen Dikti Depdiknas. Naskah kuis yang disiapkan adalah tiga naskah untuk tiga siklus.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi belajar mengajar ketika model
pembelajaran diaplikasikan dan memperoleh tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran yang diaplikasikan dalam penelitian tindakan.
f. menyiapkan alat ukur berupa kuesioner untuk mengukur motivasi belajar mahasiswa.


2)Tahap Implementasi Tindakan. Pada tahap ini peneliti menyusun implementasi tindakan dengan skenario sebagai berikut:
a.Membangkitkan perhatian.Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik           perhatian mahasiswa agar mereka mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kuliah. Perhatian mahasiswa dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai stimulus sesuai dengan kondisi yang ada misalnya dengan perubahan gerak badan (berjalan, mendekati mereka, dan lain-lain), perubahan suara, menggunakan berbagai contoh-contoh yang ada di dalam kelas atau di luar kelas, dan lain-lain.
b. Memberitahukan tujuan pembelajaran. Agar mahasiswa mempunyai pengharapan dan tujuan selama belajar maka pada mereka perlu dijelaskan tujuan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran dan jelaskan pula manfaat dari materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar mahasiswa dapat menjawab sendiri pertanyaan “apakah ia telah belajar?, apakah materi yang telah dipelajari telah dikuasai?”. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat membangkitkan harapan dalam diri mereka tentang kemampuan dan upaya yang harus dilakukan agar tujuanb.Memberitahukan tujuan pembelajaran. Agar mahasiswa mempunyai pengharapan dan tujuan selama belajar maka pada mereka perlu dijelaskan tujuan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran dan jelaskan pula manfaat dari materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar mahasiswa dapat menjawab sendiri pertanyaan “apakah ia telah belajar?, apakah materi yang telah dipelajari telah dikuasai?”. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat membangkitkan harapan dalam diri mereka tentang kemampuan dan upaya yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai.
c. Merangsang ingatan pada materi prasyarat. Bila mahasiswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada mata kuliah, dosen perlu mengingatkan mereka tentang materi apa saja yang telah dikuasai sehubungan dengan materi yang akan diajarkan. Dengan pengetahuan awal yang ada pada memori kerjanya diharapkan mereka siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Ada banyak cara yang biasa dilakukan untuk mengingatkan mereka pada materi yang telah dipelajari misalnya dengan mengingatkan mereka pada topik-topik yang telah dipelajari dan meminta mereka untuk menjelaskan secara singkat.
d. Menyajikan bahan stimulus. Peristiwa pembelajaran keempat adalah menyajikan bahan ajar kepada mahasiswa berupa pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu dosen sudah harus menentukan bahan apa yang akan disajikan apakah berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual atau belajar sikap. Berdasarkan jenis kemampuan/bahan ini maka dapat dipilih bentuk kegiatan apa yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar.
e. Memberi bimbingan belajar. Bimbingan belajar  bertujuan untuk membantu mahasiswa agar mudah mencapai tujuan pembelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pelajaran. Misalnya bila mahasiswa harus menguasai konsep-konsep kunci maka berilah cara mengingat konsep-konsep tersebut misalnya dengan menjelaskan karakteristik dari setiap konsep. Dalam hal ini bimbingan belajar harus diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan mereka dan kesulitan-kesulitannnya.
f. Menampilkan unjuk kerja. Untuk mengetahui apakah mahasiswa telah mencapai kemampuan yang diharapkan maka kepada mereka diminta untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh dosen. Misalnya bila ingin mengetahui kemampuan verbal mahasiswa, maka berikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengukur tingkat penguasaannya, atau bila ingin mengetahui ketrampilan maka mintalah mereka melakukan suatu tindakan tertentu. Jawaban yang diberikan mahasiswa sesuai dengan kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.

g. Memberikan umpan balik. Memberikan umpan balik merupakan fase belajar yang terpenting. Untuk mendapatkan hasil belajar yang terbaik, umpan balik diberikan secara informatif dengan cara memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai mahasiswa. Misalnya jelaskan jawaban mereka yang sudah benar dan yang perlu dilengkapi atau yang perlu dipelajari kembali oleh mahasiswa dengan cara “sudah baik”, “pelajari kembali”, atau “lengkapi”, dan lain-lain.
h. Menilai unjuk kerja. Merupakan peristiwa pembelajaran yang bertujuan untuk menilai apakah mahasiswa sudah mencapai tujuan atau belum. Untuk itu dibuat alat penilaian berupa naskah kuis yang konsisten dengan tujuan dan diharapkan mampu mengukur tingkat pencapaian belajar mereka.
i. Meningkatkan retensi. Peristiwa pembelajaran terakhir yang harus dilakukan dosen adalah berupaya untuk meningkatkan retensi atau alih belajar. Dosen perlu memberikan latihan-latihan dalam berbagai situasi agar dapat menjamin bahwa mahasiswanya dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja diperlukan.
3)  Observasi dan Evaluasi. Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu satu orang dosen yang menjadi mitra kerja dalam penelitian ini. Observasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan setiap siklus atau sebanyak tiga kali selama penelitian berlangsung. Variabel yang diobservasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi kualitas tentang hal-hal berikut ini:
a.bahan ajar dari awal hingga akhir kuliah.
b.Pemahaman mahasiswa terhadap tujuan dan manfaat materi bahan ajar yang disajikan dan tugas-      tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran.
c.Ingatan materi prasyarat yang menghubungkan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari.
d.Persepsi terhadap materi kuliah yang berupa pokok-pokok materi bahan ajar yang penting dan bersifat kunci.
e.Kesulitan belajar dan hambatan mahasiswa dalam mencapai tujuan pembel ajaran atau menguasai kompetensi yang ditetapkan.
f.Reinforcement berupa umpan balik secara informatif.
g.Retensi dan alih belajar yaitu kemampuan mahasiswa mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja diperlukan.

Kegiatan evaluasi dimulai dengan melakukan tes formatif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran dan pemberian kuis pada setiap akhir siklus. Variabel yang diukur melalui kegiatan ini meliputi:
a.Respon mahasiswa sebagai tampilan unjuk kerja yang menggambarkan apakah mahasiswa    telah mencapai penguasaan kompetensi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
b.Hasil unjuk kerja mahasiswa secara konsisten pada akhir kegiatan masing-masing siklus.

4)  Analisis dan Refleksi. Hasil kegiatan observasi dan evaluasi selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pola sebagai berikut:
a.Hasil observasi dan evaluasi pada masing-masing siklus dipandang sebagai “akibat”.
b.Dari akibat tersebut kemudian dianalisis faktor “sebab”.
c.Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri “akar sebab”. Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi yaitu memikirkan upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi akar sebab yang ditemukan. Hasil refleksi ini akan menjadi dasar dalam merencanakan tindakan yang akan diterapkan untuk siklus selanjutnya.  


Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan ini berupa kombinasi antara data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengambilan data menggunakan alat sebagai berikut: (1) Lembaran observasi, untuk mengambil data tentang situasi pembelajaran (variabel nomor 1 sampai dengan nomor 5, 7, dan nomor 9), lembar observasi menggunakan empat skala atau kategori yang bergerak dari arah sangat positif ke sangat negatif. Setiap skala di beri bobot sebagai berikut: sangat positif diberi bobot 4, positif diberi bobot 3, negatif diberi bobot 2 dan sangat negatif diberi bobot 1. Semua penyataan adalah positif, (2) Lembaran tes (kuis dan UTS), untuk mengambil data tentang respon dan hasil unjuk kerja (variabel nomor 6 dan nomor 8). Tes berbentuk objektif (kecuali UTS dikombinasikan dengan tes esei) dengan opsi jawaban yang disediakan sebanyak empat opsi. Setiap kuis terdiri dari 30 soal yang ditujukan untuk mengukur tingkat penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan dalam Satuan Acara Pekuliahan (SAP). Skor soal yang dijawab tepat/benar = 3,33. Tingkat kesulitan soal ditetapkan dengan ketentuan mudah = 30%, sedang = 40% dan sukar =30%. Skala penilaian yang digunakan adalah skala 10-100, (3) Kuesioner, untuk mengambil data tentang respon (motivasi) mahasiswa terhadap model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas.

0 komentar:

Posting Komentar